Rabu, Desember 17, 2008

PROPOSAL COGENERATOR

PROPOSAL COGENERATOR
Oleh :
Helmi Guntoro
0807816
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2008
JUDUL
“ PEMANFAATAN PANAS MESIN PABRIK TEKSTIL UNTUK MENJADI ENERGI LISTRIK ”
A. LATAR BELAKANG
Tenaga atau energi di dunia ini semakin berkurang. terutama energi yang tidak bisa di daur ulang atau unrenewavle source. Kini banyak sekali orang-orang mencari sumber energi baru yang terbarukan disamping itu dalam penggunaan energi pula perlu diperhatikan dalam pemakaiannya. Banyak sekali energi yang terbuang dalam melangsungkan suatu proses. penggunaan energi dengan satu bahan bakar yang akan menghasilkan suatu energi baru tidak selamanya utuh dan tak ada yang berubah atau pun terbuang, sebenarnya banyak enerfi yang terbuang percuma dalam proses pemakaian energi tersebut. oleh karena itu saya menuliskan ide saya dalam proposal ini yakni penggunaan energi beserta pemanfaatan energi yang terbuang dari proses tersebut. yakni dengan pemanfaatan energi dari coogenerator.

B. TUJUAN DAN MANFAAT
Cogeneration : Teknologi pembangkitan panas dan tenaga secara simultan dalam satu proses dari satu sumber bahan bakar. Cogeneration juga merupakan teknologi konversi energi yang memproduksi listrik dan termal secara simultan. Konversi energi itu dilakukan dengan cara memodifikasi pembangkit listrik konvensional dengan menambahkan suatu peralatan penukar panas. Dengan demikian teknologi cogeneration merupakan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan energi pada boiler, gas turbin dan diesel secara optimum.
Saat ini di dunia pabrik banyak sekali energy - energi yang terbuang, yang menurut saya bisa dipergunakan lagi menjadi energy lain seperti, energi listrik dan lainya Dan disini kami akan membuat suatu alat yaitu disebut dengan cogenerator yaitu memenfatkan suatu energi untuk membangkitkan energi lain.Maka disini kami akan membuat cogenerator dengan memafatkan energi yang terbuang dari suatu mesin.

1. TUJUAN
Untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam penyediaan energi untuk kegiatan industri dan komersial. Diterapkan di kegiatan industri atau komersial yang memerlukan daya (umumnya listrik) dan proses pemanasan dan/atau pendinginan.


2. MANFAAT
a. Menambah ilmu dan wawasan serta dapat mengembangkan dan mengimplementasikan
b. Memanfaatkan energi yang terbuang/terbebas.
c. Bisa mengurangi ketergantungan catu daya,
d. Mengurangi biaya untuk pemakaian energi,
e. Bisa menghemat konsumsi energi 20 -40�
f. Keandalannya baik,
g. Fluktuasi tegangan kecil,
h. Kebisingan rendah dan pemeliharannya mudah.

C. METODOLOGI
a. Studi literature, yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji rumusan teori dari berbagai sumber yang mendukung..
b. Uji coba Program pengembangan ide kreative.

Cara dari pada proses cogenerator ini adalah dengan melakukan proses produksi seperti biasa dalam suatu pabrik tekstil. dengan mempergunakan bahanbakar fosil seperti bensin atu pun solar dalam penggunaanya pasti mesin akan menghasilkan panas dan panas itu merupakan energi yang tebuang. memanfaatkan energi yang terbuang itu yakni dengan menambah beberapa perangkat tambahan yaitu dengan pemasangan boiler pada mesin tekstil untuk pembakaran dan menyerap panas, ditambah dengan pemompaan air ke dalam bioler yang di tujukan untuk memanfaatkan panas dari mesin yang terbuang untuk memanaskan air agar dapat merubah air menjadi uap air. Dengan terserapnya panas dari mesin dan ditambahnya pula dengan proses pembakaran air yang di masukan akan menguap dan menjadi uap. menghasilkan tekanan uap yang bisa digunakan untuk :
1. untuk memutarkan turbin uap yang nantinya turbin uap akan menggerakan generator dan menghasilkan listrik/ energi listrik.
2. uap air dan tekanan air yang panas dan bertekanan bisa untuk mendorong minyak dalam proses penyulingan minyak disertai dengan pemompaan minyak.
3. uap air dan tekanan air yang panas dapat digunakan untuk penghangat ruangan dengan cara melakukan pengaturan gas buang dari panas yang keluar dari pipa pembuangan boiler.
4.dll.
Banyak sekali manfaat dari energi yang terbuang. Oleh karena itu jangan lah menbuang energi secara percuma/cuma-cuma. Energi kini kian akan habis dan tujuan kita sekarang adalah mencari energi terbarukan dan memanfaatkan energi yang ada.

D. DAFTAR PUSTAKA
- Buku energi dan konversi
- soft copy materi kuliah
- Internet

PENUTUP
Energi kini kian akan habis dan tujuan kita sekarang adalah mencari energi terbarukan dan memanfaatkan energi yang ada.
Semoga proposal ini dapat menginspirasi untuk pembuatan cogenerator dengan ide yang lebih baru dan terbarukan selanjutnya.
terima kasih.

Laporan Presentasi Kelompok Biomassa

Energi Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan.

Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak.

Biomassa merupakan suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah dll

Biomassa berfungsi sebagai :

1. Sebagai penyedia sumber karbon untuk energi,
dengan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menjaga emisi pada tingkat yang rendah.
2. Mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan tata air.
3. Digunakan untuk menyediakan berbagai vektor energi, baik panas, listrik atau bahan bakar kendaraan.

Merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen.

CO2 + H2O + E menjadi Cx(H2O) + O2

Tumbuh-tumbuhan dan bahan organik lainnya dapat diubah menjadi bahan bakar cair maupun gas dengan bantuan beberapa proses biologi dan proses kimia.

Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung:

Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan.

Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya.

Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Indonesia sebagai negara agraris banyak menghasilkan limbah pertanian yang kurang termanfaatkan. Limbah pertanian yang merupakan biomass tersebut merupakan sumber energi alternatif yang melimpah, dengan kandungan energi yang relatif besar. Limbah pertanian tersebut apabila diolah bersama-sama dengan batu bara dan zat pengikat polutan akan menjadi suatu bahan bakar padat buatan yang lebih luas penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit, jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung, sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan pembuatan bioethanol.


Pemanfaatan energi biomassa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dewasa ini teknologi pemanfaatan energi biomassa yang telah dikembangkan terdiri dari :

1. Pembakaran langsung (direct combustion) dalam bentuk pemanfaatan panas.
Pemanfaatan panas biomassa telah dikenal sejak dulu seperti pemanfaatan kayu bakar. Pemanfaatan yang cukup besar umumnya untuk menghasilkan uap pada pembangkitan listrik atau proses manufaktur. Dalam sistem pembangkit, kerja turbin biasanya memanfaatakan ekspansi uap bertekanan dan bertemperatur tinggi untuk menggerakkan generator. Di industri kayu dan kertas, serpihan kayu terkadang langsung dimasukkan ke boiler untuk menghasilkan uap untuk proses manufaktur atau menghangatkan ruangan. Beberapa sistem pembangkit berbahan bakar batubara menggunakan biomassa sebagai sumber energi tambahan dalam boiler efisiensi tinggi untuk mengurangi emisi.

2. Konversi menjadi bahan bakar cair.
Dua bahan bakar bio yang paling umum adalah ethanol dan biodiesel. Ethanol merupakan alkohol yang dibuat dengan fermentasi biomassa dengan kandungan hidrokarbon yang tinggi seperti jagung metaldi proses yang sama untuk membuat bir. Ethanol paling sering digunakan sebagai aditif bahan bakar untuk mengurangi emisi CO dan asap lainnya dari kendaraan. Biodiesel merupakan ester yang dibuat menggunakan minyak tanaman, lemak binatang, ganggang, atau bahkan minyak goreng bekas. Biodiesel dapat digunakan sebagai aditif diesel untuk mengurangi emisi kendaraan atau dalam bentuk murninya sebagai bahan bakar kendaraan

3. Pemanfaatan Gas Biomassa
Pemanfaatan gas biomassa skala kecil yang banyak diaplikasikan oleh masyarakat adalah pemanfaatan gas metana hasil fermentasil yang langsung dibakar untuk dimanfaatkan panasnya. Pada skala yang lebih maju pemanfaatan gas biomassa dilakukan melalui sistem gasifikasi menggunakan temperatur tinggi untuk mengubah biomassa menjadi gas (campuran dari hidrogen, CO dan metana).


Di samping itu sumber energi biomassa mempunyai
keuntungan pemanfaatan (Syafii, 2003) antara lain :

1. Sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang renewable resources.

2. Sumber energi ini relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan bakar fosil.

3. Pemanfaatan energi biomassa juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian.
Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia
bahan bakar dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar
mengandung unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang (S).

Akan tetapi yang memiliki kontribusi yang penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsurC dan H yang berbeda-beda.

Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap (complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion). Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh unsur H menghasilkan H2O dan seluruh S menghasilkan SO2.

Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap.

Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan sebagai entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value (LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam bentuk uap. Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis.

Kelebihan udara dari jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut sebagai pembakaran sempurna.

Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi biomassa, dijelaskan pada Gambar 2. Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.

Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.

Salah satu contoh pemanfaatan tersebut adalah penggunaan sekam padi pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) komersial pertama yang menggunakan. bahan bakar sekam padi berada di penggilingan padi milik PT (Persero) Pertani di Desa Haurgeulis, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu. PLTD berkekuatan 1 x 100 kilowatt (kw) tersebut dibangun PT Indonesia Power dan PT Pertani
Prinsip kerja PLTD berbahan bakar sekam padi itu adalah mencampurkan gas hasil gasifikasi sekam padi pada temperatur tinggi dengan bahan bakar minyak (BBM) di dalam ruang bakar motor diesel yang menggerakkan turbin untuk menghasii'kan tenaga listrik. Pencampuran BBM dengan gas sekam padi dapat menghemat pemakaian BBIVi hingga 80 persen dari jumlah pemakaian semula, sehingga biaya operasional untuk membangkitkan listrik dengan daya yang Sama dapat berkurang jauh. Sebagai gambaran, jika PLTD berkapasitas 100 kW dioperasikan penuh dengan menggunakan BBM, dibutuhkan 0,3 liter BBM per kWh (kilowatt hour). Sementara jika ditambahkan gas sekam padi, hanya dibutuhkan 0,06 liter per kWh ditambah sekam padi sebanyak 1,5 kg per kWh.

Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.

Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin. Adapun cara untuk membuat biobriket secara semi mekanis disajikan dalam bentuk video.

Gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator Gambar 3. Skema Gasifikasi Biomassa dan Sistem Pembangkit Daya
pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari 1500C. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.

Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam pemanfaatan.

Pemanfaatan biokimia lainnya adalah proses biokimia.
Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia.
Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%.

Coogenerator

Cogeneration :
Teknologi pembangkitan panas dan tenaga secara simultan dalam satu proses dari satu sumber bahan bakar.
Tujuan :
Untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam penyediaan energi untuk kegiatan industri dan komersial
Diterapkan di kegiatan industri atau komersial yang memerlukan daya (umumnya listrik) dan proses pemanasan dan/atau pendinginan
Konfigurasi cogeneration berdasarkan jenis penggerak mula :
Reciprocating engine
Gas turbine
Steam turbine

COGENERATOR :Alat Untuk Mengoptimalkan Bahan-bakar Pembangkit Konvensional


Kegiatan industri yang semakin meningkat tentunya menyebabkan pemakaian pembangkit listrik berbahan bakar fosil meningkat dan pada gilirannya pemakaian bahaba bakar fosil meningkat pula. Kalau hal ini dibiarkan, maka pada permlaan abad ke 20 Indonesia akan berubah dari negara pengekspor menjafi negara pengimpor BBM. Selain dari itu pembangkit ini mempunyai dua permasalahan pertama efisiensinya rendah kedua mengeluarkan gas buang yang mengandung bahan pencemar. Penurunan efisiensi ini disebabkan karena banyaknya panas yang terkandung dalam gas buang pada peralatan ( kondensor ) pembangkit ( PLTU, PLTD dan PLTG ). Untuk memanfaatkan panas pada gas buang dari kondensor yang disebut output termal menjadi pemanas/pendingin digunakan suatu alat yang disebut absortion cheller, heat exchanger dan waste heat recovery hal inilah yang disebut Cogeneration. Pada umumnya cogeneration banyak digunakan pada mesin diesel dan gas turbine. Dengan menggunakan Cogeneration berarti pencemaran udara bisa dikurangi serta efisiensi total pada pembangkit meningkat sampai 84%

Peningkatkan efisiensi itu terjadi pada pembangkit yang menggunakan bahan bakar gas ( gas fired cogeneration ), hal ini karena adanya kombinasi antara panas dan daya listrik.

Untuk mengetahui gas fired cogeneration secara detail bisa digunakan metoda analisis exergy. Hal ini karena dengan metoda itu pengukuran secara detail dan akurat bisa dilakukan pada bagian power plant yang tidak efisien. Sehingga besarnya energi yang hilang atau yang dibuang ke atmosfer bisa diketahui kemudian kualitas dari energi bisa ditentukan secara akurat. Exergy adalah potensi dari energi untuk melakukan kerja dan kerja itu diperoleh dari sejumlah zat yang dibawa ke-kadaan kesetimbangan termo dinamic. Sehingga terbentuklah termo mechanikal exergy yang bisa diklasifikasikan sebagai exergy kinetik, exergy potensial dan phisical exergy.

Sementara itu pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar gas banyak digunakan di pabrik ( peleburan besi dan tekstil ) dan hotel. Berarti energi panas yang dibutuhkan di kedua tempat itu bisa diambil dari panas gas buang dengan menggunakan teknologi gas fired cogeneration. Pembangkit itu umumnya mempunyai kapasitasnya yang relatif kecil, hal ini karena energi listrik yang dibutuhkan kecil sehingga energi termal yang bisa disuplai juga kecil. Hal inilah yang membuat investasi cogenerator menjadi rendah, tapi biaya bahan bakarnya relatif tinggi. Sedang untuk kebutuhan termal dan listrik yang tinggi bisa digunakan pembangkit Combined cycle dengan biaya investasi dan bahan bakar yang tergolong moderat. Untuk pembangkit yang menggunakan back pressure turbined ternyata uap yanfg keluar masih mempunyai entalphi ( mengandung energi ), berarti uap itu masih bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan menggunakan turbin tekanan rendah dan menengah sehingga terjadilah combined cycle

Keunggulan Cogeneration adalah : bisa mengurangi ketergantungan catu daya, mengurangi biaya untuk pemakaian energi, bisa menghemat konsumsi energi 20 -40�keandalannya baik, fluktuasi tegangan kecil, kebisingan rendah dan pemeliharannya mudah.

Cogeneration juga merupakan teknologi konversi energi yang memproduksi listrik dan termal secara simultan. Konversi energi itu dilakukan dengan cara memodifikasi pembangkit listrik konvensional dengan menambahkan suatu peralatan penukar panas. Dengan demikian teknologi cogeneration merupakan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan energi pada boiler, gas turbin dan diesel secara optimum. Teknologi ini bisa memanfattkan dua jenis energi : pertama memanfaatkan uap yang dihasilkan boiler, ke dua memanfaatkan panas gas buang suatu pembangkit listrik untuk memproduksi uap.

Tipe Cogeneration

Berdasarkan sumber panasnya cogeneration dibagi menjadi dua yaitu : siklus topping dan siklus bottoming.

1. Cogeneration Siklus Topping

Siklus topping terjadi bila bahan bakar dipakai langsung untuk memproduksi energi listrik, kemudian gas panasnya digunakan untuk panas/uap proses. Jadi energi listriknya terlebih dahulu diproduksi kemudian baru panas buangnya dimanfaatkan. Sehingga energi termalnya bisa digunakan untuk kebutuhan industri seperti untuk pemanas dan pendingin ruangan serta untuk pemrosesan. Cogenerator siklus topping biasanya terdapat pada PLTU dengan tenaga penggerak turbin uap ( CTU ) biasanya mempunyai sisa uap dengan suhu sekitar 1000 0F dan tekanan 1500 psia. Dengan demikian cogenerator ini cocok digunakan pada industri yang banyak menggunakan uap akibatnya biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan uap bisa dihemat.

Bila cogenerator ini akan digunakan pada PLTG, maka gas panas yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik pada turbin harus mempunyai suhu 1600 - 1700 0F. Hal ini karena akan menghasilkan gas buang dengan suhu 800 - 900 0F dan gas buang itu akan dimanfaatkan dengan menggunakan Heat Recovery Steam Generation atau panas proses dengan exchenger yang berfungsi untuk membangkitkan uap proses.

Bila cogenerator siklus topping digunakan pada PLTD, maka kapasitasnya harus cukup besar yaitu sekitar 25 MW. Dimana air pendingin mesin digunakan sebagai pemanas awal air baku boiler dan gas buang dipakai sebagai pembangkit uap utama. Karena gas buangnya hanya sedikit mengandung oksigen akibatnya peningkatan kualitas uap sulit dilakukan meskipun sudah ditambah pembakaran.

2. Siklus Bottoming

Siklus bottoming adalah pemanfaatan gas buang melalui heat recovery sehingga menghasilkan panas/uap proses. Proses/uap itu selanjutnya digunakan untuk menggerakan turbin uap sehingga dihasilkanlah energi listrik. Untuk itu berarti gas buangnya harus mempunyai suhu yang tinggi. Bila gas buang mempunyai suhu rendah maka untuk memanfaatkan harus menggunakan fluida kerja dengan titik didih yang rendah. Cogenerator bottoming cycle biasanya menggunakan gas buang dengan suhu 400 - 600 0C berarti suhu fluida kerjanya rendah sehingga efisiensinya rendah. Dengan demikian cogenerator ini cocok digunakan pada PLTG yang umumnya terdapat pada industri berat seperti industri besi-baja dan industri semen, tapi sulit bersaing dengan secara ekonomis dengan teknologi konvensional.

Bila PLTG itu menggunakan bahan bakar bermutu tinggi seperti bahan bakar sulfur rendah, maka gas buang yang dihasilkannya bersih sehingga bisa digunakan langsung untuk panas proses. Bila pada pengolahan gas buang ditambah bahan bakar, maka akan diproleh uap dengan suhu dan tekanan yang lebih tinggi. Sementara bila kapasitas terpasang PLTG turun maka efisiensinya juga turun dengan demikian volume gas buang meningkatkan hal ini berarti banyak gas buang yang tidak terpakai. Untuk itu cogenerator pada PLTG lebih cocok dioperasikan pada beban dasar. Bila kapasitasnya tetap maka keseimbangan antara produksi uap dan produksi listrik bisa dipertahankan.

Macam Cogeneration

1. Cogeneration dengan konversi energi pada Existing Plant pembankaran

Cogenerator ini menghasilkan 20�nergi listrik, 65�anas dan 15�ugi-rugi. Karena energi panas yang di keluarkan cukup besar, maka energi itu bisa digunakan untuk menghasilkan uap. Cogenerator ini menggunakan turbin back pressure ( output listrik dan panas tetap ), sehingga polusi yang dihasilkan akan keluar melalui cerobong ( stack ).

2. Cogeneration dengan turbin gas

Cogenerator ini menggunakan gas sebagai bahan bakar dan terdiri dari dua sistim yaitu sistim open cycle dan sistim kombined cycle.

Pada sistim open cycle gas yang dibakar dalam ruang bakar akan menghasilkan energi mekanmis yang selanjutnya bisa memutar poros generator dan akhirnya akan dihasilkan energi listrik dan gas buang gas buang yang mempunyai suhu 450 0C selanjutnya dioleh melalui unit heat recovery sehingga dihasilkan uap/air panas dan gas buang yang di buang ke atmosfer dengan suhu yang rendah yaitu sebesar 90 - 100 0C . Dengan demikian efisiensi listrik yang diharapkan bisa mencapai 29�an efisiensi termal 76%

Sitim combine cycle terdiri dari turbin gas dan turbin uap dimana uap yang bertekanan tinggi yang akan digunakan untuk memutar turbin uap diperoleh dari unit recovery. Karena turbin uap itu dikopling dengan generator listrik akibatnya putaran turbin itu akan memutar poros generator sehingga dihasilkanlah energi listrik. Karena dalam sistim ini digunakan dua turbin akibatnya energi listrik yang dihasilkan bisa mencapai 39�Dengan demikian dari ke dua sistim tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pertama bila yang diinginkan uap yang besar, maka digunakanlah sistim open cycle. Sedang bila yang diinginkan energi listrik yang besar, maka dapat digujnakan combined cycle.

3. Cogeneration dengan gas engine

Cogenerator ini menghasilkan uap bertekanan lebih rendah dan efisiensi lebih tinggi bila dibandingkan dengan gas turbin dan combined cycle. Kemudian mempunyai dua sistim penyalaan pertama sistim penyalaan dengfan busi ( spark ingnition ) yang menggunakan gas bumi sebagai bahan bakarnya dan dilengkapi dengan heat recovery. Ke dua sistim penyalaan dengan kompressi ( compression ingnition ) yang menggunakan minyak residu sebagai bahan bakarnya. Energi panas dari sistim ini berupa air panas dengan suhu sekitar 80 0C cocok untuk pemanas. Dimana energi panas itu dihasilkan oleh panas gas buang mesin, jacket dan sistim pendingin minyak pelumas. Sementara itu perbandingan panas dan listrik sekitar 2 : 1 dan eefisiensi termal bisa mencapai 95%

Ocean Energy

Energi samudera diklasifikasikan atas :
1. Energi pasang surut
2. Energi gelombang
3. Energi Angin
4. Energi Panas Laut (OTEC)
Energi pasang Surut
Energi yang memanfaatkan saat laut pasang dan saat laut surut
aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.
Pemanfaatan pusat listrik energi pasang surut direalisasikan di La Ranche Perancis diikuti oleh Rusia di Murmansh, Lumboy, Tae Menzo Boy, dan The Thite Sea. Australia yang memanfaatkannya di Kimberly
Potensi Energi Pasang Surut
Saat ini potensi energi pasang surut di seluruh samudera di dunia tercatat 3.106 MW.
Di Indonesia daerah yang potensial adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang surutnya bisa lebih dari lima meter.
Faktor Yang mempengaruhi energi pasang surut
arah angin
kecepatan
lamanya bertiup dan
luas daerah yang dipengaruhi
Pemanfaatan energi pasang surut
Pada pemanfaatan energi ini diperlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air laut (reservoir area). Namun, sisi positifnya adalah tidak menimbulkan polutan bahan-bahan beracun baik ke air maupun udara.
Berdasarkan estimasi kasar jumlah energi pasang surut di samudera seluruh dunia adalah 3.106 MW.
Khusus untuk Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan Siapi-api, yang pasang surutnya mencapai 7 meter,
Teknologi Energi Pasang Surut
Sistem pemanfaatan energi pasang surut pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu kolam tunggal dan kolam ganda.
Pada sistem pertama energi pasang surut dimanfaatkan hanya pada perioda air surut (ebb period) atau pada perioda air naik (flood time).
Sedangkan sistem yang kedua adalah kolam ganda kedua perioda baik sewaktu air pasang maupun air surut energinya dimanfaatkan. Turbin dan saluran terletak dalam satu bendungan (dam) yang memisahkan kolam dan laut. Sewaktu air pasang permukaan air di kolam sama dengan permukaan laut. Sewaktu air mulai surut terjadilah perbedaan tinggi air (head) antara kolam dan laut yang menyebabkan air mulai mengalir ke arah laut dan memutar turbin.
Pada sistem kolam ganda turbin akan berkerja dalam dua arah aliran. Kedua kolam dipisahkan oleh satu bendungan (dam) yang didalamnya terdapat turbin dua arah, masing-masing kolam memiliki saluran yang menghubungkan dengan laut.
Meskipun turbin bekerja terus-menerus tetapi kecepatannya bervariasi, selain dengan perbedaan tinggi permukaan air di kolam dan permukaan laut. Perbedaan tinggi antara permukaan air di kolam dan permukaan air laut di tempat-tempat energi pasang surut berkisar beberapa meter sampai 13 meter.
Energi Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bisa dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya. Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit Cockerell, tabung tegak Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda.
Gelombang Laut merupakan energi dalam transisi yang terbawa oleh sifat aslinya
Gelombang permukaan merupakan gambaran sederhana untuk menunjukan bentuk suatu energi laut
Fenomena terjadinya gel. laut
Benda (body) yang bergerak dekat permukaan yang menyebabkan terjadinya gel dengan periode kecil
Angin, sebai sumber penyebab gel lautan
Gangguan seismik, menyebabkan terjadinya gel pasang/ tsunami
Medan gravitasi bumi
Kapasitas energi Gelombang
Deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak.
Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 kW per meter.
Indonesia mempunyai ombak dengan ketinggian di atas 5 meter, maka potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih jauh.
O T E C
Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan suhu di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik.
Potensi terbesar konversi energi panas laut untuk pembangkitan listrik terletak di khatulistiwa.
Sepanjang tahun di daerah khatulistiwa suhu permukaan laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman lebih dari 500 meter.
Siklus Energi Panas laut
Siklus Rankine Terbuka
Siklus Rankine Tertutup
Sebagai pembangkit tenaga listrik, konversi energi panas laut siklus Rankine terbuka memerlukan diameter turbin sangat besar untuk menghasilkan daya lebih besar dari 1MW
Klasifikasi Energi Panas Laut
Berdasarkan letak penempatan pompa kalor, konversi energi panas laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe
Konversi energi panas laut landasan darat ; konversi energi panas laut terapung landasan permanen; dan konversi energi panas laut terapung kapal.
Konversi energi panas laut landasan darat
Alat utama energi ini terletak di darat, hanya sebagian kecil peralatan yang menjorok ke laut.
Kelebihan sistem ini adalah dayanya lebih stabil dan pemeliharaannya lebih mudah. Kekurangan sistem jenis ini membutuhkan keadaan pantai yang curam, agar tidak memerlukan pipa air dingin yang panjang.
Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru pada tahap percontohan dengan kapasitas 100 W dan dengan fluida kerja freon yang dilakukan oleh TEPSCO-Jepang, dengan lokasi percontohan di Kepulauan Nauru
Konversi energi panas laut terapung
Landasan permanen, diperlukan sistem penambat dan sistem transmisi bawah laut, sehingga permasalahan utamanya pada sistem penambat dan teknologi transmisi bawah laut yang mahal.
Jenis ini masih dalam taraf penelitian dan pengembangan.
Konversi energi panas laut terapung kapal beroperasi dengan bebas karena dibangun di atas kapal.
Biasanya energi listrik yang dihasilkan untuk memproduksi berbagai bahan yaitu amonia, hidrogen, methanol, dan lain-lain.
Potensi OTEC di Indonesia
Perkembangan teknologi konversi energi panas laut di Indonesia baru mencapai status penelitian, dengan jenis konversi energi panas laut landasan darat dan dengan kapasitas 100 kW, lokasi di Bali Utara.
Kendala pada teknologi konversi energi panas laut
Efisiensi pemompaan yang masih rendah, korosi pipa, bahan pipa air dingin, dan biofouling, yang semuanya menyangkut investasi.
Selain itu kajian sumber daya kelautan masih terbatas terhadap langkah pengembangan konversi energi panas laut

Energi Nuklir

Energi Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir,adalah sumber energi alternatif yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik.
PLTN adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dgn baik ketika daya keluarannya konstan
(meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari)

Reaksi Nuklir pada PLTN
PLTN yang digunakan saat ini umumnya memakai bahan bakar uranium 238 yang diperkaya dengan 235, secara umum reaksinya digambarkan di bawah dan uranium hasil reaksi merupakan inti tidak stabil segera membelah menjadi inti baru yang lebih ringan.

1 netron + 235U 236U*

1 netron + 238U 239U*
Inti berat yang tidak stabil membelah menjadi dua inti yang lebih ringan.
236U* 140Xe54+94Sr38+ 2 n
236U* 142Ba56+92Kr36+ 2 n
239U* β+239Np93 β+239Pu94
239Pu94 α(24.000 th) 235U92
Sumber energi PTLN berasal dari penembakan netron terhadap bahan bakar Uranium, yang proses reaksinya terjadi secara berantai, kemudian dihasilkan inti inti baru yang lebih ringan disertai dengan pelepasan energi yang besar.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah Bom Nuklir yang dikendalikan oleh suatu sistim kontrol agar reaksi berantai tetap kritis, jumlah netron tetap stabil.
Bila jumlah netron tidak bisa dikendalikan akan terjadi kecelakaan seperti gambar berikut.

Reaktor nuklir memiliki dampak bagi lingkungan dan makhluk hidup,diantaranya yaitu:
Radiasi Langsung
Radiasi Tak Langsung
Limbah Radioaktif

Manfaat Energi Nuklir
PLTN Atau REAKTOR
Sumber pembangkit listrik
Sumber bahan baku bom nuklir ( Pu )
Sebagi reaktor riset untuk daya rendah
Reaktor daya rendah untuk pesawat ruang angkasa
Reaktor daya rendah untuk kapal selam
Isotop, Inti tidak stabil meluruh menuju inti lebih stabil dengan memancarkan partikel Alpa, Beta dan Gamma. Isotop berumur singkat dan energi radiasi rendah digunakan untuk aplikasi diagnosa dan terapi penyakit pada manusia.
60Co untuk irradiasi makanan, buah buahan, fungsi pengawetan
Mencari sumber Pendangkalan sungai
Kebocoran sambungan pipa
Diagnosa Fungsi Organ ginjal
Terapi Kanker dengan Foton atau 60Co
Benih padi unggul
Konservasi : bagi fosil khususnya BBM
Intensifikasi : meningkatkan ekspor untuk memperoleh “hardcurrency”, BBM untuk transportasi dan fosil untuk “feed stock”
Diversifikasi : pasokan energi dalam bentuk listrik
Keberlanjutan : memperpanjang ketersediaan fosil, kogenerasi menghasilkan “EOR”, “Coal Liquefaction & Gasification”, “H2 Production”, “Desalination”
Mengurangi emisi gas rumah kaca (GHC) secara significant



Bahaya Energi Nuklir
Kecelakaan PLTN Chernobyl
Material radioaktif yang menyebar bersama awan kemudian turun bersamaan dengan hujan, meliputi wilayah yang sangat luas.
Kontaminasi terhadap Manusia, Hewan dan lingkungan yang dilaluinya.
Kesulitan penyimpanan, pembuangan limbah radioaktif, umur limbah ribuan tahun
Biaya yang besar untuk dekomisioning PLTN, membongkar bangunan yang sudah terkontaminasi
Penyakit penyakit yang berasal dari material radioaktif, kanker thyroid dan 94Sr dapat diikat dalam jaringan tulang.
Ketergantungan teknologi dan bahan bakar pada pemasok PLTN
Kerusakan komponen reaktor seperti pompa akan tergantung pada pemasok
Isu embargo negara maju kepada Indonesia
Sumber Daya Manusia, disiplin, korupsi, perawatan
Tidak ada alih teknologi dalam operasi PLTN

MIKRO HYDRO

Mikrohydro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air.
Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 W, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W.
Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada dasarnya memanfaatkan energi potensial jatuhan air). Semakin tinggi jatuhan air ( head ) maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografts yang memungkinkan, tinggi jatuhan air ( head ) dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi.
Secara umum lay-out sistem PLTMH merupakan pembangkit jenis run off river, memanfaatkan aliran air permukaan (sungai). Komponen sistern PLTMH tersebut terdiri dari banaunan intake (penyadap) - bendungan, saluran pembavia, bak pengendap dan penenang, saluran pelimpah, pipa pesat, rumah pembangkit dan saluran pembuangan. Basic lay-out pada perencanaan pengembangan PLTMH dimulai dari penentuan lokasi intake, bagaimana aliran air akan dibawa ke turbin dan penentuan tempat rumah pembangkit untuk rnendapatkan tinggi jatuhan ( head ) optimum dan aman dari banjir.
Perhitungan daya listrik pada sistem PLTMH
Daya poros turbin
Pt=9.81 xQxHx n (1)
Daya yang ditransmisikan ke generator
Ptrans = 9.81 x Q x H x nt x nbelt (1)
Daya yang dibangkitkan generator
P~. = 9.81 x Q x H x nt x nbelt x ngen (3)
dimana :
Q = debit air, m3/detik
H = efektif head, m
Ill = efisiensi turbin
= 0.74 untuk turbin crossflow T-14
= 0.75 untuk turbin propeller open flume lokal
nbelt = 0.98 untuk flat belt, 0.95 untuk V belt
ngen = efisiensi generator
Daya yang dibangkitkan generator ini yang akan disalurkan ke pengguna. Dalam perencanaan jumlah kebutuhan daya di pusat beban harus di bawah kapasitas daya terbangkit, sehingga tegangan listrik stabil dan sistem menjadi lebih handal (berumur panjang). Kebutuhan listrik masyarakat, khususnya pada program pelistrikan desa sangat dibatasi. Hal ini didasarkan ketersediaan potensi sumber daya air, kemampuan memelihara dan membiayai penggunaan listrik, serta besaran biaya pembangunan. Salah satu faktor pembatas adalah. pemilihan pembatas arus terkecil di pasaran, yaitu 0.5 A, sehingga daya yang dapat digunakan untuk setiap sambungan instalasi rumah rata-rata sebesar 110 W. Penggunaan listrik masyarakat perdesaan dengan PLTMH ini, khusus untuk penerangan digunakan pada malam hari dengan pertimbangan pada siang hari sebagian besar masyarakat bekerja.

Biodiesel

Biodiesel
Didefinisikan sebagai Metil Ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau minyak hewan dan memenuhi kulitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel
Bahan baku yang memungkinkan untuk dapat diolah dalam pembuatan biodiesel antara lain
Kelapa sawit
Kedelai
Bunga matahari
Jarak pagar
Tebu
Kopra
Dan beberapa jenis tumbuhan lainya
Dari beberapa bahan baku tersebut di Indonesia yang punya prospek untuk diolah menjadi biodiesel adalah kelapa sawit dan jarak pagar, tetapi prospek kelapa sawit lebih besar untuk pengolahan secara besar-besaran.
Dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping sebagai bahan utama pembuatan subun.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada ini pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak.
Keunggulan Biodiesel :

1. Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik tidaknya kualitas Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar mesin. Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran semakin baik efisiensi termodinamisnya.
2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar
3. Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami
4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan memperpanjang umur pemakaian mesin
5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun
6. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar

About The Wind Energy

Dasar Energi Angin
Semua energi yang dapat diperbaharui dan berasal dari Matahari. (kecuali.panas bumi)
Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam (Bumi menerima 1,74 x 1.017 watt daya)
1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin.
Jadi, energi angin merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari, karena angin dipengaruhi oleh pemanasan yang tidak merata pada kerak bumi oleh matahari
Klasifikasi Angin
Angin Planetary
disebabkan oleh pemanasan yang lebih besar pada permukaan bumi dekat ekuator daripada kutub utara dan selatan
Angin Lokal
disebabkan 2 mekanisme, pertama perbedaan panas antara daratan dan air, kedua karena hill and mountain slide
Potensi energi angin di Indonesia
Potensi listrik tenaga angin di Indonesia: 9,29 GW, (baru 0,0005 GW termanfaatkan)
kecepatan angin di sebagian besar wilayah Indonesia hanya mencapai 3-5 meter/detik, kurang memadai untuk membangkitkan energi listrik.
Di beberapa lokasi, potensi kecepatan angin itu cukup memadai. (pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, dan wilayah Indonesia Timur), kecepatan anginnya rata-rata di atas 6 m/dtk
angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa
Udara yang bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.
Prinsip Energi Angin
Tenaga Total
Tenaga total aliran angin adalah sama dengan laju energi kinetik aliran yang datang, KEi
P tot = m Kei = m Vi2/ 2gc
Laju aliran massa diberikan oleh persamaan kontinuitas :
M = ρ A Vi
Sehingga Ptot = 1/2gc ρ A Vi3
Tenaga Maksimum
Dengan mengasumsikan bahwa roda turbin mempunyai ketebalan a-b, tekanan masuk dan kec. Masuk adalah Pi dan Vi, dan pada bagian keluaran Pe dan Pe, maka akan diperoleh keseimbangan energi :
Pmaks = 8/27 gc ρ A Vi3
Efisiensi teoritis ideal atau maksimum (power coefficient) dari turbin angin adalah perbandingan tenaga maksimum yang diperoleh dari angin terhadap tenaga total angin tersebut :
ηmaks = Pmaks/Ptot
= 16/27 = 0,5926
( turbin dapat mengkonversikan tidak lebih dari 60% dari tenaga total angin menjadi tenaga berguna)
Tenaga Aktual
Karena roda turbin angin tidak dapat tertutup sempurna, dalam prakteknya turbin hanya dapat mencapai 50-70% dari efisiensi idealnya.
Efisiensi aktual η , adalah perkalian dengan ηmaks , dan perbandingan tenaga aktual terhadap tenaga total :
P = ηPtot = η 1/2gc ρ A Vi3

dimana η bervariasi 30- 40% untuk turbin aktual
Gaya Pada Sudut
Gaya pada sudut jenis turbin proveler ada 2:
1. Gaya keliling arahnya yaitu rotasi roda yang menyebabkan torsi
2.Gaya aksial ke arah alairan angin yang menyebabkan timbulnya gaya aksial
Gaya kelililng torsi (T), diperoleh dari :
T= P/ω = P/ π DN
Untuk turubin yang beroperasi pada P. torsi diberikan oleh :
T= η 1/8gc ρDVi3/N
Untuk turbin yang beroperasi pada ηmaks =16/27, torsi diberikan oleh :
Tmaks = 2/27gc PDVi2/N
Gaya aksial (axial thrust, diberikan oleh :
Fx = 2/2gc ρA (Vi2 - Ve2)
= π/8gc ρ D2 (Vi2 - Ve2)
Gaya aksial pada roda turbin yang beroperasi pada efisiensi maksimum dimana Ve=1/3 Vi diberikan oleh :
Fx, maks = 4/9gc ρ A Vi2 = π/9gc ρ D2 Vi2
Wind Power System : memanfaatkan angin melalui kincir untuk menghasilkan listrik
Sistem alat ini memanfaatkan tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin ditangkap baling-baling, dan dari putaran baling-baling tersebut akan dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama,
Rotor, Transmisi, Elektrikal dan Tower. Bagian Rotor terdiri dari baling-baling dengan empat daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat, dengan bentuk seperti ini diharapkan energi angin yang tertangkap bisa maksimal

Bio???

Biomassa
Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah dll
Biomassa berfungsi sebagai :
sebagai penyedia sumber karbon untuk energi,
dengan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menjaga emisi pada tingkat yang rendah.
mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan tata air.
digunakan untuk menyediakan berbagai vektor energi, baik panas, listrik atau bahan bakar kendaraan.
Biogas
Biogas : gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).
Komponen Biogas :
60 % CH4 (metana)
38 % CO2 (karbon dioksida)
2 % N2, O2, H2, & H2S
Manfaat Biogas
Skala kecil : Biogas dapat dijadikan bahan bakar elpiji sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah
Skala besar : biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan.
Dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian
Sumber energi Biogas yang utama: kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda
Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain.
Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar 49,8 GW, yang telah termanfaatkan 302 MW (2005).
Banyaknya populasi sapi (11 juta), kerbau (3 juta) dan kuda (500 ribu) pada tahun 2005
Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari.
BIODIESEL (Biodiesel, Bioetanol & Bio oil)
Biodiesel : Bahan bakar alternatif yang pengganti solar yang terbuat dari minyak nabati seperti minyak sawit, kelapa, jarak pagar, kapok, malapari, nyamplung, dan sebagainya.
Sedangkan bioetanol bahan bakar alternatif pengganti bensin dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti tetes tebu, nira sorgum, nira nipah, singkong, ganyong, ubi jalar, dan tumbuhan lainnya.
Biodiesel dari jarak pagar
Jarak Pagar yang mudah tumbuh dan dapat dikembangkan sebagai bahan penghasil BBM alternatif (Biodiesel)
Kandungan minyak pada biji jarak cukup tinggi yaitu sekitar 30 s/d 50%
Biji Jarak Pagar sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak atau Biodiesel, karena minyak Jarak Pagar tidak termasuk kategori minyak untuk makanan (edible oil), sehingga pemanfaatannya tidak mengganggu penyediaan kebutuhan minyak makan nasional
Teknologi Biodiesel dari jarak
Pemanfaatan minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif, dilakukan dengan terlebih dahulu menerapkan proses transesterifikasi terhadap minyak jarak
Proses transesterifikasi minyak jarak dilakukan dengan menggunakan alkohol, proses ini akan mengubah trigliserida menjadi metil ester (Biodiesel dan Gliserol)
Tujuannya untuk menurunkan viskositas minyak jarak dan meningkatkan daya pembakarannya sehingga dapat digunakan sesuai standar minyak diesel untuk kendaraan bermotor.
Keunggulan biodiesel
Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik tidaknya kualitas Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar mesin. Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran semakin baik efisiensi termodinamisnya.
Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar
Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami
Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan memperpanjang umur pemakaian mesin
Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun
Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar

The Cogenerator

COGENERATOR :Alat Untuk Mengoptimalkan Bahan-bakar Pembangkit Konvensional


Kegiatan industri yang semakin meningkat tentunya menyebabkan pemakaian pembangkit listrik berbahan bakar fosil meningkat dan pada gilirannya pemakaian bahaba bakar fosil meningkat pula. Kalau hal ini dibiarkan, maka pada permlaan abad ke 20 Indonesia akan berubah dari negara pengekspor menjafi negara pengimpor BBM. Selain dari itu pembangkit ini mempunyai dua permasalahan pertama efisiensinya rendah kedua mengeluarkan gas buang yang mengandung bahan pencemar. Penurunan efisiensi ini disebabkan karena banyaknya panas yang terkandung dalam gas buang pada peralatan ( kondensor ) pembangkit ( PLTU, PLTD dan PLTG ). Untuk memanfaatkan panas pada gas buang dari kondensor yang disebut output termal menjadi pemanas/pendingin digunakan suatu alat yang disebut absortion cheller, heat exchanger dan waste heat recovery hal inilah yang disebut Cogeneration. Pada umumnya cogeneration banyak digunakan pada mesin diesel dan gas turbine. Dengan menggunakan Cogeneration berarti pencemaran udara bisa dikurangi serta efisiensi total pada pembangkit meningkat sampai 84%

Peningkatkan efisiensi itu terjadi pada pembangkit yang menggunakan bahan bakar gas ( gas fired cogeneration ), hal ini karena adanya kombinasi antara panas dan daya listrik.

Untuk mengetahui gas fired cogeneration secara detail bisa digunakan metoda analisis exergy. Hal ini karena dengan metoda itu pengukuran secara detail dan akurat bisa dilakukan pada bagian power plant yang tidak efisien. Sehingga besarnya energi yang hilang atau yang dibuang ke atmosfer bisa diketahui kemudian kualitas dari energi bisa ditentukan secara akurat. Exergy adalah potensi dari energi untuk melakukan kerja dan kerja itu diperoleh dari sejumlah zat yang dibawa ke-kadaan kesetimbangan termo dinamic. Sehingga terbentuklah termo mechanikal exergy yang bisa diklasifikasikan sebagai exergy kinetik, exergy potensial dan phisical exergy.

Sementara itu pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar gas banyak digunakan di pabrik ( peleburan besi dan tekstil ) dan hotel. Berarti energi panas yang dibutuhkan di kedua tempat itu bisa diambil dari panas gas buang dengan menggunakan teknologi gas fired cogeneration. Pembangkit itu umumnya mempunyai kapasitasnya yang relatif kecil, hal ini karena energi listrik yang dibutuhkan kecil sehingga energi termal yang bisa disuplai juga kecil. Hal inilah yang membuat investasi cogenerator menjadi rendah, tapi biaya bahan bakarnya relatif tinggi. Sedang untuk kebutuhan termal dan listrik yang tinggi bisa digunakan pembangkit Combined cycle dengan biaya investasi dan bahan bakar yang tergolong moderat. Untuk pembangkit yang menggunakan back pressure turbined ternyata uap yanfg keluar masih mempunyai entalphi ( mengandung energi ), berarti uap itu masih bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan menggunakan turbin tekanan rendah dan menengah sehingga terjadilah combined cycle

Keunggulan Cogeneration adalah : bisa mengurangi ketergantungan catu daya, mengurangi biaya untuk pemakaian energi, bisa menghemat konsumsi energi 20 -40�keandalannya baik, fluktuasi tegangan kecil, kebisingan rendah dan pemeliharannya mudah.

Cogeneration juga merupakan teknologi konversi energi yang memproduksi listrik dan termal secara simultan. Konversi energi itu dilakukan dengan cara memodifikasi pembangkit listrik konvensional dengan menambahkan suatu peralatan penukar panas. Dengan demikian teknologi cogeneration merupakan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan energi pada boiler, gas turbin dan diesel secara optimum. Teknologi ini bisa memanfattkan dua jenis energi : pertama memanfaatkan uap yang dihasilkan boiler, ke dua memanfaatkan panas gas buang suatu pembangkit listrik untuk memproduksi uap.

Tipe Cogeneration

Berdasarkan sumber panasnya cogeneration dibagi menjadi dua yaitu : siklus topping dan siklus bottoming.

1. Cogeneration Siklus Topping

Siklus topping terjadi bila bahan bakar dipakai langsung untuk memproduksi energi listrik, kemudian gas panasnya digunakan untuk panas/uap proses. Jadi energi listriknya terlebih dahulu diproduksi kemudian baru panas buangnya dimanfaatkan. Sehingga energi termalnya bisa digunakan untuk kebutuhan industri seperti untuk pemanas dan pendingin ruangan serta untuk pemrosesan. Cogenerator siklus topping biasanya terdapat pada PLTU dengan tenaga penggerak turbin uap ( CTU ) biasanya mempunyai sisa uap dengan suhu sekitar 1000 0F dan tekanan 1500 psia. Dengan demikian cogenerator ini cocok digunakan pada industri yang banyak menggunakan uap akibatnya biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan uap bisa dihemat.

Bila cogenerator ini akan digunakan pada PLTG, maka gas panas yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik pada turbin harus mempunyai suhu 1600 - 1700 0F. Hal ini karena akan menghasilkan gas buang dengan suhu 800 - 900 0F dan gas buang itu akan dimanfaatkan dengan menggunakan Heat Recovery Steam Generation atau panas proses dengan exchenger yang berfungsi untuk membangkitkan uap proses.

Bila cogenerator siklus topping digunakan pada PLTD, maka kapasitasnya harus cukup besar yaitu sekitar 25 MW. Dimana air pendingin mesin digunakan sebagai pemanas awal air baku boiler dan gas buang dipakai sebagai pembangkit uap utama. Karena gas buangnya hanya sedikit mengandung oksigen akibatnya peningkatan kualitas uap sulit dilakukan meskipun sudah ditambah pembakaran.

2. Siklus Bottoming

Siklus bottoming adalah pemanfaatan gas buang melalui heat recovery sehingga menghasilkan panas/uap proses. Proses/uap itu selanjutnya digunakan untuk menggerakan turbin uap sehingga dihasilkanlah energi listrik. Untuk itu berarti gas buangnya harus mempunyai suhu yang tinggi. Bila gas buang mempunyai suhu rendah maka untuk memanfaatkan harus menggunakan fluida kerja dengan titik didih yang rendah. Cogenerator bottoming cycle biasanya menggunakan gas buang dengan suhu 400 - 600 0C berarti suhu fluida kerjanya rendah sehingga efisiensinya rendah. Dengan demikian cogenerator ini cocok digunakan pada PLTG yang umumnya terdapat pada industri berat seperti industri besi-baja dan industri semen, tapi sulit bersaing dengan secara ekonomis dengan teknologi konvensional.

Bila PLTG itu menggunakan bahan bakar bermutu tinggi seperti bahan bakar sulfur rendah, maka gas buang yang dihasilkannya bersih sehingga bisa digunakan langsung untuk panas proses. Bila pada pengolahan gas buang ditambah bahan bakar, maka akan diproleh uap dengan suhu dan tekanan yang lebih tinggi. Sementara bila kapasitas terpasang PLTG turun maka efisiensinya juga turun dengan demikian volume gas buang meningkatkan hal ini berarti banyak gas buang yang tidak terpakai. Untuk itu cogenerator pada PLTG lebih cocok dioperasikan pada beban dasar. Bila kapasitasnya tetap maka keseimbangan antara produksi uap dan produksi listrik bisa dipertahankan.

Macam Cogeneration

1. Cogeneration dengan konversi energi pada Existing Plant pembankaran

Cogenerator ini menghasilkan 20�nergi listrik, 65�anas dan 15�ugi-rugi. Karena energi panas yang di keluarkan cukup besar, maka energi itu bisa digunakan untuk menghasilkan uap. Cogenerator ini menggunakan turbin back pressure ( output listrik dan panas tetap ), sehingga polusi yang dihasilkan akan keluar melalui cerobong ( stack ).

2. Cogeneration dengan turbin gas

Cogenerator ini menggunakan gas sebagai bahan bakar dan terdiri dari dua sistim yaitu sistim open cycle dan sistim kombined cycle.

Pada sistim open cycle gas yang dibakar dalam ruang bakar akan menghasilkan energi mekanmis yang selanjutnya bisa memutar poros generator dan akhirnya akan dihasilkan energi listrik dan gas buang gas buang yang mempunyai suhu 450 0C selanjutnya dioleh melalui unit heat recovery sehingga dihasilkan uap/air panas dan gas buang yang di buang ke atmosfer dengan suhu yang rendah yaitu sebesar 90 - 100 0C . Dengan demikian efisiensi listrik yang diharapkan bisa mencapai 29�an efisiensi termal 76%

Sitim combine cycle terdiri dari turbin gas dan turbin uap dimana uap yang bertekanan tinggi yang akan digunakan untuk memutar turbin uap diperoleh dari unit recovery. Karena turbin uap itu dikopling dengan generator listrik akibatnya putaran turbin itu akan memutar poros generator sehingga dihasilkanlah energi listrik. Karena dalam sistim ini digunakan dua turbin akibatnya energi listrik yang dihasilkan bisa mencapai 39�Dengan demikian dari ke dua sistim tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pertama bila yang diinginkan uap yang besar, maka digunakanlah sistim open cycle. Sedang bila yang diinginkan energi listrik yang besar, maka dapat digujnakan combined cycle.

3. Cogeneration dengan gas engine

Cogenerator ini menghasilkan uap bertekanan lebih rendah dan efisiensi lebih tinggi bila dibandingkan dengan gas turbin dan combined cycle. Kemudian mempunyai dua sistim penyalaan pertama sistim penyalaan dengfan busi ( spark ingnition ) yang menggunakan gas bumi sebagai bahan bakarnya dan dilengkapi dengan heat recovery. Ke dua sistim penyalaan dengan kompressi ( compression ingnition ) yang menggunakan minyak residu sebagai bahan bakarnya. Energi panas dari sistim ini berupa air panas dengan suhu sekitar 80 0C cocok untuk pemanas. Dimana energi panas itu dihasilkan oleh panas gas buang mesin, jacket dan sistim pendingin minyak pelumas. Sementara itu perbandingan panas dan listrik sekitar 2 : 1 dan eefisiensi termal bisa mencapai 95%

Daftar Pustaka
1. Peningkatan penggunaan teknologi Cogeneration pada industri menjelang tahun 2020, Nur Aryanto Aryono, Hasil seminar energi V, Jakarta, September, 1997
2. Peranan Cogeneration dalam menciptakan nilai tambah potensi ketengalistrikan Nasional, Seminar Cogeneration Indonesia, Jakarta, Agustus, 1999
3. Cogenerasi dan siklus kombinasi, Majalah Teknologi, No. 108, Jakarta, Oktober, 1996
4. Cogenerasi memangkas biaya dan emisi, Majalah Listrik Indonesia , Jakarta, Edisi II Th III, April, 1996
5. Cogeneration Pembangkit listrik Ideal, Deni almanda, Majalah Elektro Indonesia, Jakarta, No. 25 Th V, April, 1999

Cogeneration Pembangkit Listrik yang Ideal

Produksi listrik dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil adalah proses yang relatif tidak efisien. Hal ini disebabkan karena pada operasi pembangkit itu energi panas sebagai hasil sampingan dalam bentuk uap yang terbuang begitu saja ternyata jauh lebih besar daripada energi listrik sebagai tujuan utama pembangkit itu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada operasi pembangkit dapat dikatakan jika setiap kWh energi listrik yang diproduksi maka ada dua kWh lainnya dalam bentuk energi termal yang akan dibuang ke lingkungan sebagai gas buang. Adapun pembangkit yang besar menghasilkan uap panas adalah pembangkit dengan turbin uap tekanan balik (back pressure turbine). Di mana panas yang terbuang itu tediri dari radiasi dan kerugian yang bertumpuk pada generator uap. Dengan demikian tenaga listriknya kecil sehingga rasio antara listrik dan panasnya yang disebut efisiensi rendah. Perbaikan efisiensi pada mulanya dilakukan dengan cara mengurangi biaya pembangkit, biaya bahan bakar dan biaya pemeliharaan. Peningkatan efisiensi bisa juga dilakukan dengan teknologi sederhana yaitu dengan cara menggunakan material dan komponen berkualitas tinggi. Sedangkan efisiensi akan lebih tinggi jika dilakukan dengan meningkatkan teknologi energi daripada melalui peningkatan boiler bertekanan tinggi atau turbin kondensasi.

Seperti pada pembangkit batu bara yang pada mulanya memiliki efisiensi 20% kemudian setelah dilakukan perbaikan pada bagian spesifikasi penguapan maka efisiensinya bisa meningkat menjadi 30%. Di sisi lain karena adanya kemajuan teknologi pada pembangkit tenaga uap konvensional sehingga batu bara muda bisa digunakan sebagai bahan bakar. Kemudian pembuangan gasnya dilakukan melalui sebuah menara pendingin akibatnya efisiensi pembangkit bisa menjadi 45%.

Efisiensi untuk pembangkit PLTU yang kecil adalah 28% dan untuk PLTU konvensional yang menggunakan turbin uap dan boiler umumnya mempunyai efisiensi sekitar 35%. Untuk pembangkit tenaga turbin uap yang dapat mengoperasikan zat cair dan gas dalam ruangan pembakaran bertekanan uap 250 bar dan suhu 535ºC akan menghasilkan efisiensi sebesar 40%. Sementara itu dalam air pendingin PLTU (kondensor) mengandung panas 55%. Sementara itu PLTD memiliki efisiensi 30%, gas buang PLTD mengandung panas 25%, dan air pendinginnya 33%. Suatu PLTG umumnya memiliki efisiensi 25 - 30% dan PLTG modern di mana suhunya 1110ºC memiliki efisiensi 32 - 33% sedang gas buang PLTG mengandung panas 75%. Berarti kehilangan energi termal terbesar dalam bentuk gas buang terjadi pada turbin gas. Dengan demikian pembangkit yang banyak mengeluarkan (menghasilkan) panas adalah PLTG. Jika gas buang itu mencapai suhu 500º C maka gas buang itu bisa digunakan untuk memanaskan sebuah boiler PLTU. Berarti untuk meningkatkan efisiensi pembangkit bisa dilakukan dengan memanfaatkan panas yang terbuang. Untuk itu teknologi yang bisa memanfaatkan energi panas yang terbuang adalah kogenerasi.

Cogeneration adalah teknologi untuk meningkatkan efisiensi pembangkit. Melalui cogeneration ini ternyata efisiensi dari bahan bakar yang digunakan pembangkit bisa mencapai 80%, akibatnya biaya produksi menjadi murah. Hal itu dilakukan dengan cara mengolah energi panas yang berasal dari gas buang pembangkit termal.

Dari pengolahan itu dihasilkan dua macam energi panas :

  1. Panas yang bisa digunakan untuk kebutuhan industri
  2. Panas yang dialirkan ke pembangkit sehingga penggunaan bahan bakar untuk pemanasan pembangkit bisa dihemat.

Hal inilah yang menyebabkan efisiensi pembangkit konvensional meningkat. Dengan demikian biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan pembangkit yang menggunakan cogeneration bisa dihemat.

Sedangkan keunggulan cogeneration adalah:

  1. Teknologinya bersih.
  2. Penggunaan bahan bakarnya efisien.
  3. Mampu mengurangi emisi terhadap lingkungan.

Dengan demikian pada saat isu lingkungan merebak di mana masyarakat menuntut supaya pembangkit listrik mengurangi emisi pada gas perusak lingkungan sehingga mengurangi polusi, maka penggunaan cogenerationpun semakin meningkat sehingga cogeneration telah diterima sebagai salah satu solusi dalam upaya mengatasi pemanasan global. Di Indonesia cogeneration dikembangkan oleh PLN khususnya pembangkit Jawa-Bali I (PJB I). Cogeneration ini memanfaatkan sisa panas dari pembangkit berskala kecil untuk diubah menjadi tenaga sekunder berupa uap, udara dingin dan air panas. Dengan digunakannya cogeneration itu maka tingkat efisiensi panas yang dihasilkan permbangkit kecil meningkat menjadi 90%.

Cogeneration dengan bahan bakar limbah

Cogeneration selain dapat beroperasi dengan bahan bakar fosil juga dapat digabungkan/dikawinkan dengan sumber energi terbarukan (gas atau padat). Seperti untuk gas terdiri dari biogas yang dihasilkan dari sampah pertanian dan limbah organik yang mengandung gas seperti jerami. Sedangkan untuk limbah padat terdiri dari limbah hutan dan limbah perkotaan.

Untuk itulah sekarang ini cogeneration sudah dikembangkan menjadi pembangkit ganda yang menggunakan bahan bakar dari energi terbarukan seperti itu. Seperti di Inggeris telah memanfaatkan cogeneration untuk mengubah gas limbah menjadi dua macam energi :

  1. Tenaga listrik dengan dengan daya 20 kW - 1 MW yang digunakan untuk hotel dan industri
  2. Energi panas yang digunakan untuk kebutuhan gedung perkantoran

Dengan demikian cogeneration ini cocok untuk industri yang membutuhkan energi listrik dan panas. Seperti industri kimia, farmasi, kilang minyak, kertas, kayu lapis, makanan dan industri baja. Industri itu menggunakan cogeneration dengan output listrik di atas 1 MW.

Sedangkan yang banyak menggunakan cogeneration adalah Inggeris di mana sampai saat ini saja sudah mencapai sekitar 5% dari total kebutuhan listriknya dipasok oleh cogeneration. Jika pembangkit cogeneration ini dihubungkan ke jaringan interkoneksi maka pembangkit itu sudah tidak menjadi kebutuhan sendiri atau telah menjadi komersial. Hal ini jika terjadi kelebihan energi listrik maka energi itu bisa dijual ke konsumen dan sebaliknya pada saat beban puncak maka pembangkit cogeneration membutuhkan beban yang bisa diambil dari sistim interkoneksi. Suatu pembangkit skala kecil yaitu dengan ukuran 1 MW terdiri dari mesin, generator, pemanas, sistim pembuangan unit pemanas dan unit kontrol dan unit-unit itu dibuat secara kompak. Cogeneration itu bisa menggunakan bahan bakar gas alam dan biogas dari limbah. Unit cogeneration itu dibuat dengan teknologi canggih di mana pada key board komputernya tersedia fungsi kontrol dan monitoring. Fungsi kontrol dimaksudkan untuk menyalakan mesin dan sinkronisasi generator sesuai dengan output yang dibutuhkan. Sedangkan unit monitoring dimaksudkan untuk keamanan unit dan untuk mempridiksi perawatan yang diperlukan. Cogeneration skala kecil itu cocok di tempatkan pada daerah yang memerlukan panas dan listrik. Untuk itu berarti bisa ditempatkan di rumah sakit, tempat hiburan dan perumahan.

Cogeneration Mesin Diesel

Mesin Diesel mempunyai efisiensi termal yang relatif tinggi. Di mana panas yang keluar dari mesin diesel terutama dalam bentuk gas yang dihabiskan dan energi termal yang dibawa oleh air selubung mesin. Pada beban yang penuh mesin diesel mempunyai keseimbangan panas.

Panas yang dikeluarkan mesin diesel semuanya bisa dimanfaatkan misalnya energi gas hanya 20% yang bisa dimanfaatkan secara ekonomis.

Radiasi dan kerugian lain

9,15 %

Panas dalam minyak pelumas

4,61 %

Panas dalam air selubung

13,84 %

Panas dalam gas buang

33,20 %

Shaf Work

39,20 %

Mesin diesel menghasilkan/mengeluarkan gas panas dari ketel dan selubung mesin jadi produksi energi termalnya cukup tinggi sehingga energi ini bisa digunakan untuk keperluan pembangkit yang berarti bisa dihemat biaya operasi pembangkit. Hal ini karena jumlah bahan bakar yang akan digunakan untuk memanaskan pembankit bisa ditiadakan dan kalau panasnya masih bersisa maka bisa dijual atau disimpan. Dengan demikian penggunaan PLTD untuk pembangkitan sendiri lebih menguntungkan dari pada menggunakan pembangkit PLN. Hal ini karena pada pembangkit PLN ada biaya transmisi/distribusi sedangkan pada pembangkitan sendiri selain tidak ada biaya transmisi/distribusi kemudian ditambah lagi dengan adanya hasil sampingan yang berupa energi termal yang bisa dimanfaatkan untuk memanaskan mesin pembangkit yang biasanya menggunakan bahan bakar sehingga bisa menghemat biaya bahan bakar.

Studi Kasus

Studi perbandingan pemakaian listrik PLN/Pembangkitan sendiri di tiga perusahaan Toray Grup Tangerang (PT. ITS ; PT. ISTEM dan PT. ACTEM ). Di sini juga akan membandingkan biaya suplai tenaga yang telah di keluarkan oleh pembangkit sendiri yang menggunakan Cogeneration dengan PLN.

A. Penggunaan Mesin Diesel Sendiri

Rata-rata daya listrik terpakai perjam 8930 kW (per bulan 6537 MWh). Perhitungan biaya produksi per bulan

Tabel Penggunaan biaya pada mesin diesel sendiri

Keterangan

Jutan
Rp/bln

Rp/kWh

Pemakaian solar 1778 kl a Rp 183,82
Pemakaian listrik & air untuk diesel
Pemakain minyak plumas
Ongkos perawatan
Biaya tenaga kerja
Biaya penyusutan & Asuransi mesin
Jumlah Biaya

326,86
12,20
13,40
58,46
14,60
28,90
454,41

50,00
1,87
2,05
8,94
2,23
4,42
69,51

Penghematan biaya dari gas buang
Diesel yang diproduksi jadi uap :
- Produksi uap murni hanya dengan
residu memerlukan residu 1545,2 kl
- Pemakaian uap dengan residu yang
dicampur gas buang diesel memerlukan
residu 1308,2 kl
Penghematan residu237 kl a Rp 188,57
per liter





44,69





6,84

409,72

62,68

B. Pemakaian listrik di PLN (harus dilengkapi mesin cadangan)

Rata-rata daya listrik terpakai per jam 8930 kW (per bulan 6537 MWh). Perhitungan pemakaian listrik PLN (termasuk biaya tetap mesin cadangan per bulan)

Keterangan

Juta
Rp/bln

Rp/kWh

A. Tarif tegangan tinggi I4 :
Biaya beban : 12,500 kVA a Rp 1970/kVA
Biaya pemakaian 1894*77 + 4643*48,5

24,63
371,02

3,77
56,76

B. Amortisasi biaya penyambungan & bunga uang jaminan :
Amortisasi biaya penyambungan :
Daya : 12500 kVA 40 Rp/kVA
Bunga 15%/thn : Masa pakai 12 thn
Bunga uang jaminan :
125.000.00*13*0,15/12 thn

7,50

2,03

1,15

0,31

C. Penyusutan alat transmisi 12 thn :
6626 juta Rp/144

46,01


7,07

D. Biaya perawatan & asuransi :
(3% * 6626 juta Rp)/12
Jumlah Biaya

16,57
467,76

2,53
71,56

E. Biaya perawatan & biaya-biaya lain untuk
mesin diesel cadangan

28,90

4,42

JUMLAH BIAYA YANG DIPERLUKAN

496,66

75,98

Dari perhitungan biaya tersebut di atas ternyata pembangkitan sendiri lebih hemat dari pada PLN. Hal ini disebabkan karena pembangkitan sendiri menggunakan cogeneration dan biaya yang dikeluarkan untuk transmisi dan distribusi relatif tidak ada. Keuntungan lain dari pembangkitan sendiri adalah keandalan sistim tenaga litrik yang dapat terjamin dan kelebihan daya yang dapat dijual.

Cogeneration Kombinasi

Cogeneration ini menggunakan prinsip siklus uap kondensor di mana di dalam kondensat uap panas yang berasal dari air dingin diturunkan kemudian hal ini berakibat meningkatknya energi listrik yang dihasilkannya. Pemilihan sistim siklus kondensasi dan sistim cogeneration berdasarkan pertimbangan ekonomis. Seperti perusahaan listrik karena tidak membutuhkan energi termal. Berarti energi termal yang dihasilkan oleh pembangkit listrik akan digunakan untuk meningkatkan produksi listrik untuk itu yang tepat digunakan adalah sistim siklus kombinasi. Yaitu jika siklus gas dikawinkan dengan siklus uap sehingga menjadi siklus kombinasi maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan efisiensi. Pada siklus kombinasi itu boiler PLTU dipanaskan hanya oleh gas buang PLTG. Kemudian oksigen dalam pipa pembuangan turbin gas digunakan untuk pembakaran bahan bakar primer dalam suatu sistim boiler uap hilir. Kompresor memasok udara terkompresi ke boiler untuk melakukan proses super canggih, kemudian boiler itu menghasilkan uap yang dapat menggerakkan turbin uap. Selain dari itu panas limbah dari pipa pembuangan turbin gas juga digunakan untuk memanaskan boiler yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap. Di mana uap boiler itu digunakan untuk menggerakkan sebuah turbin uap yang pada gilirannya merupakan tenaga penggerak mula bagi sebuah generator listrik. Kemudian jika panas yang keluar dari pipa pembuangan turbin gas dinaikkan dan gas buang yang meninggalkan boiler digunakan untuk memanaskan kondensat yang menuju maka efisiensinya bisa meningkat sampai lebih dari 50%.

Sebuah pembangkit batu bara yang menggunakan kombinasi dari turbin uap dan turbin gas. Di mana limbah panas yang berasal dari turbin gas bisa dimanfaatkan yaitu dengan bantuan sebuah boiler. Sehingga bisa membangkitkan uap untuk mengontrol turbin uap. Dengan demikian hasil dari sistim gas dan uap akan menghasilkan efisiensi sebesar 44%. Sedangkan pada sistim kogenerasi energi termal yang dihasilkan oleh pembangkitnya selain bisa digunakan untuk meningkatkan produksi listrik dan bisa juga digunakan untuk kebutuhan lain. Dengan demikian sistim ini cocok dipakai di industri, hal ini karena energi termal dibutuhkan pada industri untuk kebutuhan pemanasan.

Daftar Pustaka

  1. Biaya Suplai Tenaga Listrik di Indonesia, Skripsi Deni Almanda, FT UGM, Yogyakarta, 1988
  2. ESCAP, Proceeding of the work shop on co-generation of electricity and proses heat United Nation, New York, 1983
  3. Cogeneration Memangkas biaya dan emisi, Majalah Listrik Indonesia Edisi II Tahun III April 1998, Jakarta

Sabtu, Desember 06, 2008

U.F.O

Apakah UFO itu?

UFO adalah singkatan dari Unidentified Flying Object, yang artinya benda terbang tak dikenal. UFO tidak harus merupakan sebuah pesawat luar angkasa, namun termasuk segala sesuatu yang terlihat di angkasa dan tak dapat dijelaskan. Di Indonesia, UFO secara umum disebut sebagai “piring terbang”. Namun tidak semua bentuk UFO adalah piring, sehingga istilah ini kemudian kurang luas dalam mendeskripsikan fenomena UFO. Di tahun 1960-an, J. Salatun menggunakan istilah BETA yang merupakan singkatan dari Benda Terbang yang Aneh. Itu sebabnya organisasi ini bernama BETA-UFO.
Apakah UFO itu ada?
UFO secara fenomena memang ada. Dari sejumlah laporan saksi mata yang mengaku pernah melihat UFO, memang kebanyakan dapat dijelaskan sebagai suatu fenomena alam atau hanya benda buatan manusia. Namun ada sejumlah kasus UFO yang tetap tidak dapat dijelaskan atau dikenali meski telah melalui penyelidikan yang sangat serius.
Darimana asal UFO?
Belum ada kesepakatan atau kepastian mengenai asal usul UFO. Ada beberapa hipotesa untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
Dari luar angkasa - Extraterrestrial Hypothesis (ETH)
Dari masa depan - Time Travel Hypothesis (TTH)
Dari bumi - Terrestrial Hypothesis (TH)
Dari dimensi lain - Ultraterrestrial Hypothesis (UTH)
Apakah UFO sama dengan piring terbang?
Jika piring terbang diartikan sebagai pesawat dari luar angkasa, maka hal itu sama dengan UFO. Akan tetapi banyak orang yang kurang sependapat dengan istilah piring terbang sebab tidak semua UFO bentuknya seperti piring.
Apa saja bentuk UFO?
Perbandingan laporan-laporan yang ada menunjukkan bahwa UFO memiliki bentuk-bentuk yang beraneka ragam dan warna. Umumnya UFO memantulkan sinar matahari sehingga berkilauan, namun dilaporkan umumnya UFO berwarna abuabu atau hitam. Ada juga yang bersinar kuning, putih atau warna lainnya. Dari berbagai bentuk yang ada, dapat diklasifikasikan sebagai lima macam jenis utama, yaitu:
Jenis piring atau jenis cakram, umumnya seperti dua piring ceper saling telungkup.
Jenis kubah (hemispherius), seperti cakram dengan kubah di pusatnya, bisa juga mirip payung atau mirip jamur tanpa tangkai.
Jenis cerutu atau silinder, mempunyai bentuk seperi silnder dengan ujung yang terpotong.
Jenis bulat atau bundar, berbentuk bola, kadang seperti bola api bergerak. Jenis ini termasuk tipe yang paling unik karena ukurannyaada yang kecil sekali.
Jenis bidang, umumnya berbentuk menyerupai sayap terbang atau bentuk delta.
Seberapa besar ukuran UFO?
Selain bentuknya beraneka ragam, ukuran UFO juga bervariasi. Ada yang kecil sampai yang besar. Diklasifikasikan sebagai berikut:
Ukuran kecil sekali: sekitar 20 cm
Ukuran kecil: sekitar 5 meter.
Ukuran agak kecil: sekitar 10 meter.
Ukuran sedang; sekitar 20 meter.
Ukuran cukup besar, sekitar 30-50 meter.
Ukuran besar, lebih dari 50 meter.
Ukuran sangat besar, umumnya merupakan pesawat induk UFO.
Siapakah yang menciptakan istilah UFO pertama kali?
Sebelum istilah UFO umum digunakan, pihak angkatan udara Amerika Serikat (USAF) menggunakan istilah Unidentified Aerial Phenomenon (UAP). Istilah UFO (Unidentified Flying Object) diusulkan oleh Kapten Edward J. Ruppelt, direktur Bluebook Project di tahun 1952. Pada waktu itu pihak militer amerika, khususnya USAF, menyingkatnya dengan UFOB. Istilah UFO ini kemudian menggantikan istilah piring terbang (flying saucer) yang lebih populer sebelumnya.

Mulai kapan istilah piring terbang menjadi populer?
Penggunaan istilah ini populer sejak tahun 1947, terutama ketika media massa di Amerika meliput pengalaman pilot Kenneth Arnold. Namun menggunaan kata piring (saucer) sudah pernah ada pada tahun 1878, ketika seorang petani Texas bernama John Martin melihat benda aneh. Sebenarnya John Martin tidak mengatakan bahwa bentuknya benda terbang aneh yang dilihatnya itu seperti piring, namun mengatakan bahwa besarnya terlihat seperti sebesar piring. Sama halnya dengan Kenneth Arnold, juga tidak mengatakan bahwa bentuk benda terbang misterius itu seperti piring, bahkan dia menyebutnya lebih seperti bulan sabit, namun gerakannya seperti piring dilemparkan di atas air.
Apakah UFO juga melintasi Indonesia?
Ya, banyak saksi mata melaporkan melihat UFO, bahkan makhluk-makhluk yang turun dari UFO. Kasus yang spektakuler terjadi pada tahun 1959 di kepulauan Alor dan pernah juga UFO ditembaki oleh meriam pertahanan udara di daerah Surabaya. Banyak penampakan UFO didokumentasi oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) pada waktu J. Salatun menjadi ketuanya.
Apa tujuan UFO datang ke bumi?
Tujuan mereka tidak diketahui dengan pasti. Beberapa kasus penculikan manusia oleh alien dan mutilasi ternak, menunjukkan adanya indikasi mereka mempelajari biologi dan melakukan rekayasa genetik termasuk perkawinan silang (hibrid). Di sisi lain ada juga kasus kontak makhluk UFO dengan manusia yang bersahabat dan membawa pesan-pesan tertentu dan mengawasi perkembangan teknologi manusia. Beberapa kasus juga menunjukkan adanya serangan dari UFO yang melukai manusia bumi sehingga ada spekulasi bahwa mereka bertujuan menginvasi bumi. Ada pendapat juga yang mengatakan bahwa mereka hanya pelancong yang melihat-lihat keadaan di planet bumi.
Ada alien jenis apa saja?
Informasi tentang jenis-jenis alien yang pernah bertemu dengan manusia cukup banyak. Namun ada empat tipe utama yang umum, yaitu: Greys, Reptilian, Nordics dan Hybrid. Ciri-ciri umum dari alien tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Greys: Tubuhnya kecil dengan kulit berwarna keabu-abuan. Ciri khasnya adalah bermata hitam besar. Spesies ini yang dikabarkan sering melakukan penculikan (alien abduction).
Reptoid: Tubuhnya bersisik, sebesar manusia atau lebih besar, dengan mulut yang lebih lebardari mulut manusia. Dikabarkan, ada beberapa di antara mereka yang memiliki sayap.
Nordic: Bentuk alien jenis ini yang paling mirip dengan manusia, hanya saja bentuknya agak lebih besar sedikit, dengan rambut pirang, berbadan atletis, mata biru dan dalam berkomunikasi sering terdengar dengan akses nordic (skandinavia).
Hybrid: Golongan ini adalah hasil rekayasa genetika (hybrid) antara alien dengan manusia. Bentuknya belum sempurna mirip manusia, kadang berupa seperti anak kecil, berambut dan kepalanya agak lebih besar bila dibandingkan dengan kepala normal manusia.
Apa saja jenis-jenis penampakan UFO?
Klasifikasi penampakan UFO adalah sebagai berikut:
Perjumpaan jarak jauh: Melihat UFO dari jarak yang sangat jauh, sehingga UFO terlihat hanya seperti titik kecil saja seperti bintang di langit. Namun karena gerakannya yang aneh serta fenomena yang ditampakkan tidak umum, maka benda terbang itu termasuk kategori UFO. Perjumpaan jarak jauh dibagi dalam 3 tipe yakni:
Nocturnal lights (NN): Nampak seperti titik sinar di langit, umumnya berwarna merah, biru, oranye atau putih, dengan pola gerak dan kecepatan yang sulit dijelaskan sebagai obyek sinar lain pada umumnya
Daylight discs (DD): Nampak di siang hari, umumnya berbentuk oval (bulat telur), bentuk piring, atau obyek berbahan metalik. Bisa nampak jauh di angkasa maupun berada dekat di tanah dan seringkali nampak mengambang. Kadang tiba-tiba bisa menghilang dengan kecepatan yang luar biasa.
Radar-Visual cases (RV): Kasus yang jarang dilaporkan, yakni nampak di layar radar berupa titik berkedip yang tidak dapat diterangkan sebagai obyek pesawat atau benda lain yang dikenal. Biasanya harus disertai dengan konformasi penampakan melalui saksi mata.
Perjumpaan dekat tingkat pertama: Melihat UFO sedang terbang dalam jarak yang relatif cukup dekat sehingga cukup jelas untuk melihat bentuknya.
Perjumpaan dekat tingkat kedua: Melihat UFO sedang dalam posisi mendarat di permukaan tanah, umumnya ditunjang dengan bekas-bekas pendaratannya.
Perjumpaan dekat tingkat ketiga: Melihat UFO mendarat serta terlihat pula ufonaut (alien) yang sedang turun atau berada di luar pesawat mereka.
Perjumpaan dekat tingkat keempat: Mengalami perjumpaan dengan alien, namun sebagai korban penculikan (alien abduction).
Perjumpaan dekat tingkat kelima: Melakukan komunikasi dengan alien dan ikut bersama alien tersebut dengan pesawat mereka secara sukarela.
Benarkah ada UFO yang jatuh?
Banyak kasus dilaporkan mengenai jatuhnya pesawat UFO ke bumi dan diketemukan makhluk di dalamnya, ada yang dalam keadaan sudah mati dan ada juga yang masih hidup. Salah satu kasus UFO jatuh yang paling kontroversial adalah yang jatuh di Roswell, New Mexico, AS.
Adakah pangkalan UFO?
Bila mereka memang datang dari tempat yang sangat jauh, diperkirakan mereka akan membangun pangkalan UFO. Berikut adalah beberapa pemikiran tentang pangkalan UFO:
Di dasar laut.
Di rongga-rongga bumi (gunung).
Di daerah kutub utara/selatan.
Di ruang angkasa dengan stasiun luar angkasa atau kapal induk.
Di bulan atau planet lain.

Cogeneration Pembangkit Listrik yang Ideal

Produksi listrik dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil adalah proses yang relatif tidak efisien. Hal ini disebabkan karena pada operasi pembangkit itu energi panas sebagai hasil sampingan dalam bentuk uap yang terbuang begitu saja ternyata jauh lebih besar daripada energi listrik sebagai tujuan utama pembangkit itu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada operasi pembangkit dapat dikatakan jika setiap kWh energi listrik yang diproduksi maka ada dua kWh lainnya dalam bentuk energi termal yang akan dibuang ke lingkungan sebagai gas buang. Adapun pembangkit yang besar menghasilkan uap panas adalah pembangkit dengan turbin uap tekanan balik (back pressure turbine). Di mana panas yang terbuang itu tediri dari radiasi dan kerugian yang bertumpuk pada generator uap. Dengan demikian tenaga listriknya kecil sehingga rasio antara listrik dan panasnya yang disebut efisiensi rendah. Perbaikan efisiensi pada mulanya dilakukan dengan cara mengurangi biaya pembangkit, biaya bahan bakar dan biaya pemeliharaan. Peningkatan efisiensi bisa juga dilakukan dengan teknologi sederhana yaitu dengan cara menggunakan material dan komponen berkualitas tinggi. Sedangkan efisiensi akan lebih tinggi jika dilakukan dengan meningkatkan teknologi energi daripada melalui peningkatan boiler bertekanan tinggi atau turbin kondensasi.




Seperti pada pembangkit batu bara yang pada mulanya memiliki efisiensi 20% kemudian setelah dilakukan perbaikan pada bagian spesifikasi penguapan maka efisiensinya bisa meningkat menjadi 30%. Di sisi lain karena adanya kemajuan teknologi pada pembangkit tenaga uap konvensional sehingga batu bara muda bisa digunakan sebagai bahan bakar. Kemudian pembuangan gasnya dilakukan melalui sebuah menara pendingin akibatnya efisiensi pembangkit bisa menjadi 45%.

Efisiensi untuk pembangkit PLTU yang kecil adalah 28% dan untuk PLTU konvensional yang menggunakan turbin uap dan boiler umumnya mempunyai efisiensi sekitar 35%. Untuk pembangkit tenaga turbin uap yang dapat mengoperasikan zat cair dan gas dalam ruangan pembakaran bertekanan uap 250 bar dan suhu 535ºC akan menghasilkan efisiensi sebesar 40%. Sementara itu dalam air pendingin PLTU (kondensor) mengandung panas 55%. Sementara itu PLTD memiliki efisiensi 30%, gas buang PLTD mengandung panas 25%, dan air pendinginnya 33%. Suatu PLTG umumnya memiliki efisiensi 25 - 30% dan PLTG modern di mana suhunya 1110ºC memiliki efisiensi 32 - 33% sedang gas buang PLTG mengandung panas 75%. Berarti kehilangan energi termal terbesar dalam bentuk gas buang terjadi pada turbin gas. Dengan demikian pembangkit yang banyak mengeluarkan (menghasilkan) panas adalah PLTG. Jika gas buang itu mencapai suhu 500º C maka gas buang itu bisa digunakan untuk memanaskan sebuah boiler PLTU. Berarti untuk meningkatkan efisiensi pembangkit bisa dilakukan dengan memanfaatkan panas yang terbuang. Untuk itu teknologi yang bisa memanfaatkan energi panas yang terbuang adalah kogenerasi.

Cogeneration adalah teknologi untuk meningkatkan efisiensi pembangkit. Melalui cogeneration ini ternyata efisiensi dari bahan bakar yang digunakan pembangkit bisa mencapai 80%, akibatnya biaya produksi menjadi murah. Hal itu dilakukan dengan cara mengolah energi panas yang berasal dari gas buang pembangkit termal.

Dari pengolahan itu dihasilkan dua macam energi panas :

  1. Panas yang bisa digunakan untuk kebutuhan industri
  2. Panas yang dialirkan ke pembangkit sehingga penggunaan bahan bakar untuk pemanasan pembangkit bisa dihemat.
Hal inilah yang menyebabkan efisiensi pembangkit konvensional meningkat. Dengan demikian biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan pembangkit yang menggunakan cogeneration bisa dihemat.

Sedangkan keunggulan cogeneration adalah:

  1. Teknologinya bersih.
  2. Penggunaan bahan bakarnya efisien.
  3. Mampu mengurangi emisi terhadap lingkungan.
Dengan demikian pada saat isu lingkungan merebak di mana masyarakat menuntut supaya pembangkit listrik mengurangi emisi pada gas perusak lingkungan sehingga mengurangi polusi, maka penggunaan cogenerationpun semakin meningkat sehingga cogeneration telah diterima sebagai salah satu solusi dalam upaya mengatasi pemanasan global. Di Indonesia cogeneration dikembangkan oleh PLN khususnya pembangkit Jawa-Bali I (PJB I). Cogeneration ini memanfaatkan sisa panas dari pembangkit berskala kecil untuk diubah menjadi tenaga sekunder berupa uap, udara dingin dan air panas. Dengan digunakannya cogeneration itu maka tingkat efisiensi panas yang dihasilkan permbangkit kecil meningkat menjadi 90%.

Cogeneration dengan bahan bakar limbah

Cogeneration selain dapat beroperasi dengan bahan bakar fosil juga dapat digabungkan/dikawinkan dengan sumber energi terbarukan (gas atau padat). Seperti untuk gas terdiri dari biogas yang dihasilkan dari sampah pertanian dan limbah organik yang mengandung gas seperti jerami. Sedangkan untuk limbah padat terdiri dari limbah hutan dan limbah perkotaan.

Untuk itulah sekarang ini cogeneration sudah dikembangkan menjadi pembangkit ganda yang menggunakan bahan bakar dari energi terbarukan seperti itu. Seperti di Inggeris telah memanfaatkan cogeneration untuk mengubah gas limbah menjadi dua macam energi :

  1. Tenaga listrik dengan dengan daya 20 kW - 1 MW yang digunakan untuk hotel dan industri
  2. Energi panas yang digunakan untuk kebutuhan gedung perkantoran
Dengan demikian cogeneration ini cocok untuk industri yang membutuhkan energi listrik dan panas. Seperti industri kimia, farmasi, kilang minyak, kertas, kayu lapis, makanan dan industri baja. Industri itu menggunakan cogeneration dengan output listrik di atas 1 MW.

Sedangkan yang banyak menggunakan cogeneration adalah Inggeris di mana sampai saat ini saja sudah mencapai sekitar 5% dari total kebutuhan listriknya dipasok oleh cogeneration. Jika pembangkit cogeneration ini dihubungkan ke jaringan interkoneksi maka pembangkit itu sudah tidak menjadi kebutuhan sendiri atau telah menjadi komersial. Hal ini jika terjadi kelebihan energi listrik maka energi itu bisa dijual ke konsumen dan sebaliknya pada saat beban puncak maka pembangkit cogeneration membutuhkan beban yang bisa diambil dari sistim interkoneksi. Suatu pembangkit skala kecil yaitu dengan ukuran 1 MW terdiri dari mesin, generator, pemanas, sistim pembuangan unit pemanas dan unit kontrol dan unit-unit itu dibuat secara kompak. Cogeneration itu bisa menggunakan bahan bakar gas alam dan biogas dari limbah. Unit cogeneration itu dibuat dengan teknologi canggih di mana pada key board komputernya tersedia fungsi kontrol dan monitoring. Fungsi kontrol dimaksudkan untuk menyalakan mesin dan sinkronisasi generator sesuai dengan output yang dibutuhkan. Sedangkan unit monitoring dimaksudkan untuk keamanan unit dan untuk mempridiksi perawatan yang diperlukan. Cogeneration skala kecil itu cocok di tempatkan pada daerah yang memerlukan panas dan listrik. Untuk itu berarti bisa ditempatkan di rumah sakit, tempat hiburan dan perumahan.

Cogeneration Mesin Diesel

Mesin Diesel mempunyai efisiensi termal yang relatif tinggi. Di mana panas yang keluar dari mesin diesel terutama dalam bentuk gas yang dihabiskan dan energi termal yang dibawa oleh air selubung mesin. Pada beban yang penuh mesin diesel mempunyai keseimbangan panas.

Panas yang dikeluarkan mesin diesel semuanya bisa dimanfaatkan misalnya energi gas hanya 20% yang bisa dimanfaatkan secara ekonomis.

Radiasi dan kerugian lain 9,15 %
Panas dalam minyak pelumas 4,61 %
Panas dalam air selubung 13,84 %
Panas dalam gas buang 33,20 %
Shaf Work 39,20 %

Mesin diesel menghasilkan/mengeluarkan gas panas dari ketel dan selubung mesin jadi produksi energi termalnya cukup tinggi sehingga energi ini bisa digunakan untuk keperluan pembangkit yang berarti bisa dihemat biaya operasi pembangkit. Hal ini karena jumlah bahan bakar yang akan digunakan untuk memanaskan pembankit bisa ditiadakan dan kalau panasnya masih bersisa maka bisa dijual atau disimpan. Dengan demikian penggunaan PLTD untuk pembangkitan sendiri lebih menguntungkan dari pada menggunakan pembangkit PLN. Hal ini karena pada pembangkit PLN ada biaya transmisi/distribusi sedangkan pada pembangkitan sendiri selain tidak ada biaya transmisi/distribusi kemudian ditambah lagi dengan adanya hasil sampingan yang berupa energi termal yang bisa dimanfaatkan untuk memanaskan mesin pembangkit yang biasanya menggunakan bahan bakar sehingga bisa menghemat biaya bahan bakar.

Studi Kasus

Studi perbandingan pemakaian listrik PLN/Pembangkitan sendiri di tiga perusahaan Toray Grup Tangerang (PT. ITS ; PT. ISTEM dan PT. ACTEM ). Di sini juga akan membandingkan biaya suplai tenaga yang telah di keluarkan oleh pembangkit sendiri yang menggunakan Cogeneration dengan PLN.

A. Penggunaan Mesin Diesel Sendiri

    Rata-rata daya listrik terpakai perjam 8930 kW (per bulan 6537 MWh). Perhitungan biaya produksi per bulan

    Tabel Penggunaan biaya pada mesin diesel sendiri

Keterangan Jutan
Rp/bln
Rp/kWh
Pemakaian solar 1778 kl a Rp 183,82
Pemakaian listrik & air untuk diesel
Pemakain minyak plumas
Ongkos perawatan
Biaya tenaga kerja
Biaya penyusutan & Asuransi mesin
Jumlah Biaya
326,86
12,20
13,40
58,46
14,60
28,90
454,41
50,00
1,87
2,05
8,94
2,23
4,42
69,51
Penghematan biaya dari gas buang
Diesel yang diproduksi jadi uap :
- Produksi uap murni hanya dengan
residu memerlukan residu 1545,2 kl
- Pemakaian uap dengan residu yang
dicampur gas buang diesel memerlukan
residu 1308,2 kl
Penghematan residu237 kl a Rp 188,57
per liter





44,69






6,84


409,72 62,68

B. Pemakaian listrik di PLN (harus dilengkapi mesin cadangan)

    Rata-rata daya listrik terpakai per jam 8930 kW (per bulan 6537 MWh). Perhitungan pemakaian listrik PLN (termasuk biaya tetap mesin cadangan per bulan)
Keterangan Juta
Rp/bln
Rp/kWh
A. Tarif tegangan tinggi I4 :
Biaya beban : 12,500 kVA a Rp 1970/kVA
Biaya pemakaian 1894*77 + 4643*48,5
24,63
371,02
3,77
56,76
B. Amortisasi biaya penyambungan & bunga uang jaminan :
Amortisasi biaya penyambungan :
Daya : 12500 kVA 40 Rp/kVA
Bunga 15%/thn : Masa pakai 12 thn
Bunga uang jaminan :
125.000.00*13*0,15/12 thn

7,50

2,03

1,15

0,31

C. Penyusutan alat transmisi 12 thn :
6626 juta Rp/144
46,01
7,07
D. Biaya perawatan & asuransi :
(3% * 6626 juta Rp)/12
Jumlah Biaya
16,57
467,76
2,53
71,56
E. Biaya perawatan & biaya-biaya lain untuk
mesin diesel cadangan
28,90 4,42
JUMLAH BIAYA YANG DIPERLUKAN 496,66 75,98
    Dari perhitungan biaya tersebut di atas ternyata pembangkitan sendiri lebih hemat dari pada PLN. Hal ini disebabkan karena pembangkitan sendiri menggunakan cogeneration dan biaya yang dikeluarkan untuk transmisi dan distribusi relatif tidak ada. Keuntungan lain dari pembangkitan sendiri adalah keandalan sistim tenaga litrik yang dapat terjamin dan kelebihan daya yang dapat dijual.

Cogeneration Kombinasi

Cogeneration ini menggunakan prinsip siklus uap kondensor di mana di dalam kondensat uap panas yang berasal dari air dingin diturunkan kemudian hal ini berakibat meningkatknya energi listrik yang dihasilkannya. Pemilihan sistim siklus kondensasi dan sistim cogeneration berdasarkan pertimbangan ekonomis. Seperti perusahaan listrik karena tidak membutuhkan energi termal. Berarti energi termal yang dihasilkan oleh pembangkit listrik akan digunakan untuk meningkatkan produksi listrik untuk itu yang tepat digunakan adalah sistim siklus kombinasi. Yaitu jika siklus gas dikawinkan dengan siklus uap sehingga menjadi siklus kombinasi maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan efisiensi. Pada siklus kombinasi itu boiler PLTU dipanaskan hanya oleh gas buang PLTG. Kemudian oksigen dalam pipa pembuangan turbin gas digunakan untuk pembakaran bahan bakar primer dalam suatu sistim boiler uap hilir. Kompresor memasok udara terkompresi ke boiler untuk melakukan proses super canggih, kemudian boiler itu menghasilkan uap yang dapat menggerakkan turbin uap. Selain dari itu panas limbah dari pipa pembuangan turbin gas juga digunakan untuk memanaskan boiler yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap. Di mana uap boiler itu digunakan untuk menggerakkan sebuah turbin uap yang pada gilirannya merupakan tenaga penggerak mula bagi sebuah generator listrik. Kemudian jika panas yang keluar dari pipa pembuangan turbin gas dinaikkan dan gas buang yang meninggalkan boiler digunakan untuk memanaskan kondensat yang menuju maka efisiensinya bisa meningkat sampai lebih dari 50%.

Sebuah pembangkit batu bara yang menggunakan kombinasi dari turbin uap dan turbin gas. Di mana limbah panas yang berasal dari turbin gas bisa dimanfaatkan yaitu dengan bantuan sebuah boiler. Sehingga bisa membangkitkan uap untuk mengontrol turbin uap. Dengan demikian hasil dari sistim gas dan uap akan menghasilkan efisiensi sebesar 44%. Sedangkan pada sistim kogenerasi energi termal yang dihasilkan oleh pembangkitnya selain bisa digunakan untuk meningkatkan produksi listrik dan bisa juga digunakan untuk kebutuhan lain. Dengan demikian sistim ini cocok dipakai di industri, hal ini karena energi termal dibutuhkan pada industri untuk kebutuhan pemanasan.

Daftar Pustaka

  1. Biaya Suplai Tenaga Listrik di Indonesia, Skripsi Deni Almanda, FT UGM, Yogyakarta, 1988
  2. ESCAP, Proceeding of the work shop on co-generation of electricity and proses heat United Nation, New York, 1983
  3. Cogeneration Memangkas biaya dan emisi, Majalah Listrik Indonesia Edisi II Tahun III April 1998, Jakarta

Pengumuman

asslm...

kepada yang membuka blog saya ini..
blog ini berisi bermacam-macam informasi. . .
saya berharap banyak sekali kritik dan saran yang membangun..
dikarenakan saya baru pemula dalam membuat blog..
jangan lupa beri "commment" juga ya..

trims..

wasslm..